UNAAHA.SULTRAHEADLINE.COM. Hari Kartini yang diperingati setiap 21 April, merupakan wujud peringatan dan penghormatan atas perjuangan kaum perempuan, simbol kesetaraan gender, serta emansipasi wanita.
Di jaman now sekarang ini, perjuangan Raden Ajeng (RA) Kartini kini berbuah manis. Segala keterbatasan hak-hak kaun hawa berlahan menghilang pada masa kini.
Emansipasi wanita yang diperjuangkan RA Kartini, kini begitu terasa di Mega Industri (MI) Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) yang meliputi dua perusahaan PT. Virtue Dragon Nikel Industry (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS).
Meski bergerak di bidang industri pemurnian biji nickel yang identik dengan kaum adam, perusahaan tersebut tetap memberikan kesempatan pada kaum hawa untuk bersaing memberikan yang terbaik.
Para pekerja wanita di tengah areal industri tersebut, kini semakin menjamur. Berpakaian seragam dengan sepatu kerja setinggi betis, berompi dan mengenakan helm, ibarat telah menjadi makanan sehari-hari untuk para kaun perempuan tersebut.
Satu diantara wanita yang memilih profesi sebagai karyawan MI Morosi adalah, Renita. Wanita kelahiran Kendari, September 1989 lalu ini, bergabung sebagai operator jembatan timbang sejak 2019 lalu. Keinginan memperoleh penghidupan yang lebih baik, membawa langkahnya memasukkan lamaran ke PT VDNI.
“Pastinya, debu begitu bersahabat dengan kami yang di timbangan, namun kami juga tetap mengupayakan tampil cantik,” ceritanya, Rabu (21/04/2021) saat ditemui kos-kosannya di area kampung jawa.
Alasan dirinya bekerja di PT VDNI, karena ingin mencari pengalaman kerja di luar dari basic yang dimilikinya. Disamping itu, wanita lulusan S1 Keperawatan itu mengaku ingin mendapatkan pengalaman baru yang menantang.
“Bekerja disini banyak hal yang menyenangkan. Namun, ada hal harus korbankan, seperti jam kerja yang cukup berat bagi seorang wanita, tetapi saya sangat nyaman menjalaninya,” jelasnya.
Menurutnya, jika dirinya bekerja sesuai jurusan saat kuliah, mungkin saat ini telah menjadi tameng terdepan menghadapi pandemi covid-19 dengan menjadi perawat. Karena sebelumnya dirinya pernah mengabdi di salah satu Puskesmas. Tetapi, takdir berkata lain, dirinya saat ini mengaku nyaman bekerja dengan teman sekop ketika membersihkan jembatan timbang.
“Karena tuntutan pekerjaan, saya yang dulunya pegang suntik, kini malah pegang sekop. Dan awalnya tidak pernah pegang sekop tapi akhirnya jadi terbiasa. Ini menjadi pengalaman unik buat saya bahwa hidup tidak selamanya berjalan lurus, kadang kita harus mencoba hal baru,” tutupnya.
Pekerja wanita lainnya, Indrawati (28) mengaku berterima kasih kepada RA Kartini yang telah memperjuangkan nasib kaum wanita di eranya. Berkat perjuangannya, wanita masa kini dapat berkarier di bidang yang dianggap hanya milik laki-laki seperti pertambangan atau industri.
Karena menurutnya, wanita tidak selamanya menjadi sosok yang lemah dan lembut. Jika pada umumnya para wanita sangat mengidamkan kerja di kantoran dengan ruang dilengkapi pendingin ruangan. Akan tetapi, tidak terjadi pada dirinya.
“Ketika wanita lain bekerja dari pagi sampai sore dan malamnya untuk istirahat, tetapi saya malam harus harus bekerja sampai begadang. Tidak ada waktu untuk jalan-jalan dan menahan rindu terhadap keluarga, karena lama baru bisa ketemu,” ujarnya.
Namun, itu semua tidak membuat semangatnya pupus demi menghasilkan pundi-pundi rupiah yang halal berkat tetesan keringatnya. Sebab, dirinya mengetahui konsekuensi untuk mendapatkan penghasilan cukup lumayan.
“Dalam bekerja, semua dituntut profesional. Tidak memandang pekerja laki-laki atau perempuan, memiliki hak dan tanggung jawab yang sama, sesuai upah yang diperoleh,” katanya.
Dikatakannya, semua butuh proses, termasuk pekerjaan. Dunia kerja di areal industri yang penuh risiko dilakoninya dengan rasa senang.
Berteman dengan pekerja yang mayoritas laki-laki pun sudah dianggap biasa, tidak ada rasa risih.
“Saya ingin menjadi wanita yang luar biasa. Mandiri, bekerja keras dan tidak bergantung pada orang lain. Ada kepuasan tersendiri bila bisa mencari uang sendiri,” tuturnya.
Penulis: Dedy/SH