Aktiualisasi Peran Membangun Desa dan Pertanian sebagai Identitas Tujuan ber-PMII
Oleh : Muhammad Risal, SP., M.Si (Bendahara Umum PB PMII)
PMII sebagai salah satu eksponen pembaharu bangsa dan pengembang misi intelektual berkewajiban dan bertanggung jawab mengembang komitmen ke-Islaman dan ke-Indonesiaan demi meningkatkan harkat dan martabat umat manusia dan membebaskan bangsa Idonesia dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan baik secara spiritual maupun material dalam segala bentuk. Misi yang tertuang sebagai bagian manifestasi dari komitmen organisasi dengan penuh kesadaran, tentunya perlu di wejantahkan dalam setiap jiwa kader sebagai bentuk tanggungjawab ke-Mahasiswaan, ke-Islaman dan ke-Indonesiaan.
Tanggal 17 sampai 20 Maret tahun 2021 menjadi momentum bersejarah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lewat perhelatanan akbar Kongres ke XX yang digelar di lima zona pemilihan dengan pusat kegiatannya di Balikpapan Kalimantan Timur. Tidak kurang sekitar 256 peserta akan hadir di acara tersebut dari pengurus Koordinator Cabang (PKC) sampai Pengurus Cabang (PC) defenitif dari sabang sampai merauke untuk menentukan pemimpin di level teritnggi PMII. Harapan besar bagi pemimpin yang terpilih mampu membawa perubahan baik secara internal maupun eksternal serta mampu menempatkan positoning organisasi secara strategis di level nasional maupun internasional.
Kepemimpinan PMII diahrapkan mampu memberikan solve the problems serta menjadi bagian penting dari decision maker terhadap berbagai permasalahan bangsa yang terjadi. Oleh karena itu, posisi kepemimpinan organisasi perlu kembali menguatkan peran advokasi kader di setiap level kepengurusan terhadap realitas sosial yang ada, meningkatkan kapasitas dalam ruang kaderisasi yang terintegrasi dengan profesi akdemisi kader serta mengembalikan posisi dalam membangun gerakan sosial (Building Sosial Movement) sebagai kekuatan kontrol terhadap setiap kebijakan negara. Maka dengan demikian, posisi PMII akan hadir sebagai penyeimbang dari bentuk dan intervensi power of domination yang terjadi.
Sebagai bagian dari agen of change, PMII perlu mengambil peran dalam menyusun perubahan sosial (social chance) dengan menempatkan kekuatan sumber daya yang di miliki setiap kader (Human Resources) sebagai faktor kunci perkembangan organisasi. Maka diperlukan dalam kepemimpinan ke depan adalah penguatan konsolidasi intenal, transformasi nilai gerakan yang difokuskan pada penguasaan sains dan teknologi, pemetaan (mapping) potensi dan sumber daya kader serta dapat menciptakan ruang distribusi kader. empat modal ini mampu mendorong PMII sebagai motor penggerak masa depan pembangunan Indonesia yang di cita-citakan.
Desa dan Pertanian sebagai Arena Pergerakan
PMII sebagai organisasi kemahasiswaan dalam menyongsong era persaiangan terbuka dan pesatnya kemajuan teknologi digital di era revolusi industri 4.0 saat ini. PMII perlu menyusun arena baru pergerakan yang mengarah pada pengimplementasian keunggulan sains dan teknologi dalam satu agenda strategis organisasi, yang mampu memberikan kemjuan terutama terhadap pembangunan pertanian dan perdesaan. Hal inilah yang pernah disampaiakan oleh Bapak Proklamator Republik Indonesia Bung Hatta yang menempatkan desa secara subtantif sebagai cahaya pembangunan dan masa depan Indonesia.
Kemampuan dalam membaca zaman dan ketepatan dalam menyusun agenda kepempinan kedepan, maka ruang pendsitribusian kader sangat diperlukan. Secara kuantitas, PMII merupakan organisasi mahasiswa Islam yang terbesar di Indonesia dengan jumlah kader dan anggota hampir 2 juta atau hampir 1% dari jumah penduduk Indonesia. Laju kemampuan roda organisasi dalam merekrut anggota dan kader yang tiap tahun terus bertambah harus sejalan dengan kekuatan dalam ruang pendistribusiannya. Jika hal itu tidak di pertimbangkan, maka kita akan selalu nyaman pada fase dimana eksistensi kader hanya berada pada ruang runitas formal organisasi yang berhujung pada situasi kompetisi dalam penguasaan strukur secara internal atau politk internal organiasi semata. Sementara ruang lainnya masih sangat terbuka luas untuk berperan aktif dalam ruang pengaktualisasian. Oleh karena itu dengan jumlah kader yang cukup signifikan, PMII mampu menjadi komponen penting dalam mendorong gerakan Indonesia membangun yang bisa saja di mulai dari desa dan pertanian. Kekuatan basis cabang yang dimiliki dan tersebar di seluruh Indonesia cukup potensial untuk menjadi solusi dari krisis regenerasi petani di Indonesia.
Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi sumber daya alam terutama sektor pertanian yang memiliki posisi strategis dan nilai ekonomi yang cukup tinggi untuk mampu menopang masa depan negeri. Hal inilah yang pernah disampaikan oleh Hadratus Syaikh KH. Hasim Asy’ari Tokoh pendiri NU bahwa “Pak tani adalah penolong negeri”. Konteks ini menekankan hakikat dari eksistensi petani sebagai Civil Society dalam mengokohkan Indonesia sebagai bangsa tangguh di antara bangsa-bangsa lainnya. Sebagai kader muda NU yang memegang tongkat estafet kepemimpinan dan generasi penerus yang ditunggu peran serta kontribusi bagi masa depan bangsa, khususnya perdesaan dan pertanian. Mengapa PMII harus bicara dan mengambil peran di pembagunan desa dan pertanian? Apakah ada korelasinya gerakan organisasi dengan pembagungunan pertanian? Ataukah pertanian bukan menjadi ruang strategis bagi kader karena tidak memberikan benefit masa depan?. Sederet pertanyaan itu tentunya akan terjawab, jika kita sebagai kader pergerakan dapat membaca dan mendalami makna dari sepenggal kalimat dari pendiri NU hadratus syaikh KH. Hasim Asy’ari tentang peran petani bagi bangsa Indonesia!.
Sudah saatnya PMII merumuskan arah dan orientasi gerakannya pada penguasaan leading sektor. Pemetaan SDM kader berbasis akdemisi perlu dilakukan, agar pendistribusian kader terarah pada potensi yang dimiliki. Kelimpahan kader jangan tersiasiakan, namun harus termanfaatkan sebagai bagian penting dari penguasaan arena kompetisi di era disrupsi. Melalui desa dan pertanian, PMII mampu menciptakan ruang strategis serta pengabdian secara kelembagaan sebagai lokus gerakan ekstra-parlementer. Mengapa demikian, karena sudah jelas bahwa desa dan pertanian adalah masa depan Indonesia. Jika kita lebih jauh menelusuri dari sekian banyak anggota dan kader yang dimiliki, hampir rata-rata semuanya berasal dari kawasan perdesaan dengan sumber kehidupan keluarga dari sektor pertanian. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk melakukan pemetaan sekaligus proteksi dini terhadap potensi dan sumber daya kader. Olehnya itu, membangun desa dengan pertanian menjadi spirit gerakan baru yang ditawarkan, dengan begitu dapat membantu kesiapan organisasi dalam menyiapkan ruang distribusi yang berkelanjutan (Sustainable) dari supply SDM yang dimiliki oleh PMII.
Inovasi dan kolaborasi menjadi kunci dalam pengembangan kader PMII ke depan. Inovasi kelembagaan yang mengarahkan aktifitasnya pada aksi nyata yang memberi kontribusi kepada masyarakat, khusunya di bidang pertanian dan pembangunan wilayah perdesaan. Inovasi ini akan memberikan dimensi baru yang sebenarnya menjadi akar geraka dan geneologi PMII. Selai itu, semangat kolaborasi dengan berbagai pihak melalui gerakan nyata PMII sangat dibutuhkan untuk dapat menjembatangi tujuan dari cita-cita kemerdekaan dengan menyingkirikan egosentris dan identitas untuk tujuan mulia, yakni kemajuan bangsa yang menjadi visi utama Indonesia. Melalui peran demikian, PMII tidak saja hadir sebagai bagian dari pressure group yang hadir di jalan saja, atau sekedar mengkonsumsi isu publik yang lebih cenderung di ranah politik. Namun jauh dari itu, PMII mampu berdiri sebagai kelompok pembaharu dengan keterlibatan langsung dalam proses perubahan (chance) dan pembangunan nasional yang menempatkan PMII sebagai aktor penting penolong negeri. (***)