banner 728x250

Harga Gabah Petani Ada Diskriminasi , Gusli Hadir Lahirkan Solusi

Wakil Bupati Konawe Gusli Topan Sabara dalam beberapa kesempatan turun langsung meninjau panen padi petani di kecamatan Padangguni. Foto.doc.SH
banner 120x600
banner 468x60
Wakil Bupati Konawe Gusli Topan Sabara dalam beberapa kesempatan turun langsung meninjau panen padi petani di kecamatan Padangguni. Foto.doc.SH

UNAAHA. Sultraheadlien.com. Musim panen raya padi para petani di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) di musim penghujan ini menjadi prahara bagi para pekerja di ladang lumpur itu. Pasalnya, sejumlah tengkulak mengambil kesempatan memainkan harga gabah rendah tanpa rasa manusiawi.

Harga yang dimaksud jauh dari harga standar seharusnya. Mau tidak mau petani terpaksa mengamini daripada gabah ditinggal membusuk.

banner 325x300

Hal itu membuat Wakil Bupati Konawe Gusli Topan Sabara meradang. Mendengar aspirasi itu ia langsung mencek langsung di lapangan.

Dari hasil pengawasannya menyisir beberapa kecamatan penghasil beras di Konawe yang memasuki masa panen raya sekarang ini , diantaranya Abuki dan Padangguni, ia menyimpulkan bahwa mayoritas harga jual gabah petani anjlok , tidak menguntungkan petani. Justru tengkulak yang mengambil untung.

Gusli pun meminta kepada Perum Bulog
Subdivre Unaaha untuk bekerja profesional mengawasi sejumlah mitranya. Seraya mengeluarkan ultimatum akan turun bersama dengan petani menyegel gudang Bulog setempat jika tidak ada respon memperbaiki harga jual gabah petani itu.

Menegani hal itu Bulog merespon. Pemkab, Bulog dan sejumlah pihak pun melakukan pertemuan terbuka. Di gelar di ruang kerja Wakil bupati setempat, Kamis (21/5/2020).

Pertemuan dengan sejumlah pihak membahas problem pembelian gabah petani di Konawe belum lama ini.

Hadir dalam kesempatan itu, Perum Bulog Divre Sultra, Ermin Tora, Kepala Perum Bulog Subdivre Unaaha, Nurhayati Ibrahim, para kepala OPD, pengusaha penggilingan dan perwakilan Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA).

Wakil Bupati Konawe Gusli Topan Sabara mengatakan, dari hasil pertemuan terbuka itu menyimpulkan kesepatakan , harga pembelian gabah kepada petani paling rendah Rp. 3.600 per kilo gram. Harga standar itu merupakan pembelian paling terendah. Dan berlaku khusus di masa penghujan ini. Sebagai langkah konkret untuk menstabilkan harga pembelian gabah oleh para tengkulak kepada petani agar tidak ada lagi ada permainan harga.

Harga itu jauh lebih relatif baik dari harga pembelian sebelumnya yang dipatok tengkulak Rp. 3.000 per kilo gram. Bahkan kerap kurang dari itu.

“Harga gabah per Rp. 3.600 merupakan khusus gabah yang kualitasnya paling rendah. Dan kalau kualitasnya bagus bisa lebih dari itu, tergantung tawar menawar petani dengan tengkulak. Asalkan jangan kurang dari harga standar itu,” paparnya.

Sementara harga standar untuk pembelian gabah dipenggilingan ini turut juga ditetapkan Rp. 3.700 perkilo gram. Sedangkan pembelian Bulog Rp. 4.200 per kilo gram nya. Hal ini untuk menyeimbangkan harga jual tengkulak ke penggilangan. Dan penggilingan ke Bulog. Sehingga semua merasa tidak terbebani.

“Selain itu KTNA juga diberikan ruang menjadi mitra penggilangan, turun sejajar dengan tengkulak membeli gabah,” ujarnya.

Ia mengaku, bahwa sejumlah tengkulak tidak boleh dimatikan. Karena mereka bagian dari masyarakat Konawe yang juga menyambung hidup melalui kegiatan usahanya itu. Namun perlu diawasi dengan ketat oleh semua pihak. Supaya kegiatan usaha pertanian di bidang padi sawah ini dapat berjalan simultan dan seimbang.

“Tujuan kita supaya petani untung, peluncur bisa mengepul dan pengusaha juga bisa untung. Jangan terbalik. Petani yang susah payahnya.justru pihak lain yang untung,” paparnya.

Ia menambahkan, mengenai pengawasan lapangan atas kesepakatan harga pada musim tanam ini adalah dengan adanya call center sebagai sarana untuk laporan petani, Kepala Desa/Lurah, camat, KTN dan lembaga kemasyarakatan lainnya.

“Para petani ini berkerja keras . Tetapi hasilnya tidak menguntungkan. Mereka harus diperjuangkan. Mereka itu pahlawan yang membantu pemerintah menstabilkan ketahanan pangan di daerah lumbung beras ini. Bahwa tujuan Pemkab tidak sekedar ceremonial mendorong daerah menjadi lumbung beras. Tetapi di balik citra daerah itu ada petani yang turut sejahterah dengan kebijakan itu,” jelasnya. (Putri)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *