UNAAHA, SULTRAHEADLINE.COM – Jalan trans Sulawesi yang berada di Desa Paku Jaya, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) kondisinya saat ini rusak parah. Jalur yang menghubungkan Sultra dengan Sulawesi Tengah (Sulteng) terus dikeluhkan para pengguna jalan, karena selain rusak jalan tersebut menjadi licin dan berlumpur.
Kondisi jalan yang licin dan berlumpur lantaran jalan tersebut belum diaspal, pasca pengerjaan jalan tidak kunjung tuntas sejak di kerja awal tahun 2017 lalu. Jalan yang masih berupa tanah keras, saat musim masuk musim penghujan menjadi becek dan licin, dan di kala kemarau berdebu.
Pantauan Sultraheadline.com, sejumlah pengendara sepada motor maupun roda empat harus ekstra hati-hati melintasi jalan ini. Para pengendara harus rela antre berjalan bergantian dari arah berlawanan. Anca (34) salah sopir Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) mengeluhkan kondisi jalan tersebut, karena setiap hujan, kondisi jalan selalu rusak berat akibatnya pengguna jalan harus antrian selama berjam-jam.
“Saya ini setiap hari melintasi jalan ini untuk mengantarkan penumpang dari Kendari ke Wanggudu Konut. Jika tidak hati-hati melintas bisa terperosok. Kalau jalan rusak begini waktu tempuh jadi lebih lama dan bisa antrian berjam-jam, kapan ini segera berakhir. Masa ini jalan tidak akan diperbaiki,” keluhnya.
Di lokasi yang sama, Ardian (28) Warga Lasolo Konut juga mengeluhkan kondisi tersebut. Akibat jalan berlumpur, para penggendara motor terpakasa mandi lumpur yang kedalamannya sekitar 50 centimeter itu. “Tidak akanmi kah ini jalan diperbaiki, tadi dengar-dengar kontraktornya sudah lari, makanya ini jalan begini saja kondisinya. Tapi kami harap pemerintah provinsi segera menyelesaikan permasalahan ini. Sebenarnya adaji jalan alternatif lewat Meluhu, tapi harus memakan wakyu lama karena harus memutar lewat Kecamatan Wawotobi, ” kesalnya
Kerusakan jalan tersebut berdampak pada naiknya harga kebutuhan pokok masyarakat. Kondisi ini sudah terjadi sejak medio 2017 lalu, hal ini terkesan adanya pembiaran dari Pemerintah Provinsi, kondisi ini terus dikeluhkan warga baik itu salema musim kemarau karena berdebu maupun saat musim hujan, karena licin dan berlumpur.
Junaidin (37) Warga Kecamatan Sawa, Konawe Utara, mengeluhkan kondisi tersebut. Setiap kali melintasi jalan tersebut, pengguna jalan harus penuh dengan kesabaran karana antrian panjang untuk bisa lewat, menghindari kubangan lumpur setinggi lutut, mobil satu persatu keluar dengan jalan sempit membuat jalur ini sulit di lalui pengendara.
“Kemacetan panjang puluhan kilo meter ini membuat jarak tempuh dari Kendari menuju Konut memakan waktu berjam-jam yang tadinya tiga jam bisa di tempuh dari kendari ke wanggudu tempat saya tinggal karna jalan rusak dan antrian panjang jarak tempuh saya menjadi 6 jam bahkan bisa lebih,” keluhnya
Kondisi ini juga dikeluhkan, Vivian (35) yang berprofesi sebagai pedangan sayur. Dikatakannya, harga sayur dua hari terakhir ini, sudah mengalami kenaikan, harga sayur sawit Rp 2.500 satu ikatnya sekarang menjadi Rp 5.000 perikat, Tomat Rp 16.000 perkilo yang sebelumnya Rp 8.000 perkilo, sayur bayam sebelumnya Rp 4000 satu ikat sekarang naik Rp 10.000 perikatnya.
Kenaikan harga juga dirasakan oleh Rasni, warga Konut. Dikatakannya, kebutuhan rumah tangga saat ini mengalami mengalami Kenaikan, saat belanja di pasar ikan harganya naik yang biasanya Rp25 ribu perkilo sekarang tembus Rp35 ribu perkilonya, belum lagi harga sayur dan tomat yang naik, sementara harga terigu dan mentega mulai juga naik harga.
“Mau tidak beli dengan harga tinggi karna kebutuhan karna keadaan uda seperti ini kita harus beli walaupun harga tinggi, Biasanya saya belanja di kendari untuk kebutuhan tapi karna kondisi jalan yang rusak saya berpikir turun belanja di kendari,” keluh wanita yang punya usaha rumah makan itu. ***
Penulis: Edward Trinal
Editor: Redaksi